Sejauh Mana Lautan Telah Dieksplorasi? Tantangan dan Potensi yang Belum Terungkap

Eksplorasi laut dilakukan oleh NOAA di Palung Mariana
Eksplorasi laut dilakukan oleh NOAA di Palung Mariana | sumber: NOAA

Lautan mencakup lebih dari 70% permukaan Bumi, menjadikannya ekosistem terbesar di planet ini. Namun, ironisnya, eksplorasi laut masih sangat terbatas. Meskipun telah ada kemajuan dalam pemetaan dasar laut global, sebagian besar wilayah laut dalam di dunia masih belum dieksplorasi dengan mendalam. Hingga Juni 2024, baru 26,1% dasar laut dunia yang dipetakan menggunakan teknologi resolusi tinggi, sementara di perairan Amerika Serikat, angka ini mencapai hampir 52%.

Namun, meskipun lebih dari setengah dasar laut di perairan Amerika Serikat telah dipetakan dengan teknologi modern, luasnya masih sangat besar—bahkan lebih besar dari gabungan daratan semua negara bagian dan wilayah Amerika Serikat. Ini menegaskan bahwa masih ada banyak area dasar laut yang belum dipetakan secara rinci, terutama di wilayah laut dalam. Keterbatasan pemetaan ini berarti bahwa ekosistem laut dalam seperti palung laut, ventilasi hidrotermal, dan habitat unik lainnya sebagian besar masih belum tersentuh dan belum sepenuhnya dipahami oleh manusia. Banyak potensi penemuan baru—baik dalam aspek geologi, biologi, maupun sumber daya laut—yang masih tersembunyi di kedalaman lautan, menyoroti pentingnya eksplorasi dan penelitian lebih lanjut di bidang ini.

Eksplorasi laut dalam di Indonesia masih sangat terbatas. Dengan luas wilayah laut yang mencapai 75% dari total wilayah negara dan terdiri dari 17.001 pulau, hanya 19% dari wilayah laut yang telah berhasil diungkap dan dieksplorasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada banyak misteri di perairan Indonesia yang belum terpecahkan, baik dari segi ekologi, keanekaragaman hayati, geologi, maupun potensi sumber daya yang terkandung di dalamnya. Keterbatasan teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur penelitian mungkin menjadi faktor utama yang menyebabkan lambatnya eksplorasi laut dalam.

Lebih banyak yang diketahui tentang dasar laut dibandingkan spesies yang menghuni lautan. Peta dasar laut dapat memberikan informasi tentang habitat potensial, tetapi tidak dapat mengidentifikasi spesies yang hidup di dasar laut atau di kolom air, maupun memberikan informasi tentang bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungannya. Para ilmuwan memperkirakan ada antara 700.000 hingga 1 juta spesies di lautan (kebanyakan hewan dan tidak termasuk sebagian besar mikroorganisme, yang jumlahnya mencapai jutaan). Sekitar dua pertiga dari spesies ini, atau bahkan lebih, belum ditemukan atau dideskripsikan secara resmi, dengan hampir 2.000 spesies baru diterima oleh komunitas ilmiah setiap tahunnya.

Pernyataan ini juga menekankan pentingnya peningkatan upaya eksplorasi dan penelitian kelautan, terutama di wilayah laut dalam yang masih belum banyak diketahui. Dengan eksplorasi yang lebih luas, Indonesia dan dunia dapat mengungkap potensi sumber daya alam yang berharga, memahami lebih dalam ekosistem lautnya, serta meningkatkan konservasi dan pengelolaan laut secara berkelanjutan.

Mengapa Eksplorasi Laut Masih Terbatas?

Eksplorasi laut menghadapi berbagai kendala yang membuatnya jauh lebih sulit dibanding eksplorasi darat atau bahkan luar angkasa. Faktor utama yang menghambat eksplorasi laut meliputi:

  1. Tekanan dan Kedalaman yang Ekstrem
    Laut dalam memiliki tekanan yang sangat tinggi, Tekanan meningkat sekitar satu atmosfer untuk setiap kedalaman air 10 meter. Pada kedalaman 5.000 meter, tekanan akan menjadi sekitar 500 atmosfer atau 500 kali lebih besar daripada tekanan di permukaan laut. Itu tekanan yang sangat besar. Peralatan penelitian harus dirancang untuk menghadapi tekanan luar biasa yang terjadi di kedalaman. Kapal selam harus memiliki dinding yang diperkuat untuk menahan tekanan. Instrumen yang berfungsi dengan baik di permukaan dapat rusak atau tidak dapat digunakan lagi karena tekanan tersebut.
  2. Keterbatasan Teknologi
    Meskipun telah terjadi kemajuan dalam robotika dan sonar bawah laut, teknologi eksplorasi laut masih dalam tahap berkembang dibandingkan dengan eksplorasi luar angkasa. Saat ini, Para ilmuwan menggunakan berbagai alat dan metode untuk mengeksplorasi lautan, termasuk kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (remotely operated vehicles atau ROV), kapal selam, dan sensor akustik. Alat-alat ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sifat fisik laut, seperti suhu, tekanan, dan salinitas, serta untuk mengamati dan mempelajari kehidupan laut di habitat aslinya.
  3. Tingginya Biaya dan Risiko
    Ekspedisi laut dalam membutuhkan anggaran besar. Sebagai contoh, misi eksplorasi Challenger Deep, titik terdalam di Samudra Pasifik, menelan biaya hingga jutaan dolar per ekspedisi. Ditambah dengan risiko tinggi yang menyertai perjalanan ke kedalaman lebih dari 10.000 meter, eksplorasi laut sering kali tidak menjadi prioritas utama dalam penelitian global.

Masa Depan Eksplorasi Laut

Peta Dunia yang Didominasi oleh Laut
Alur eksplorasi laut | sumber: Hydro international

Eksplorasi laut kini menjadi salah satu fokus utama dalam upaya memahami perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan. Program seperti Seabed 2030, yang didukung oleh United Nations (PBB) dan Nippon Foundation, menargetkan pemetaan 100% dasar laut dunia pada tahun 2030. Selain itu, banyak negara mulai berinvestasi dalam pengembangan kapal selam otomatis dan drone bawah laut, yang memungkinkan eksplorasi lebih efisien dan aman.

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan meningkatnya perhatian global terhadap kelestarian laut, eksplorasi laut di masa depan diharapkan dapat mengungkap lebih banyak rahasia yang tersembunyi di bawah permukaan air. Pemahaman lebih dalam mengenai lautan tidak hanya membuka peluang ekonomi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan ekosistem global.

MAU BELAJAR PEMETAAN LAUT DAN PESISIR?

Leave a Comment

Shopping Cart
Scroll to Top
Open Chat
Butuh Bantuan?
Hallo 👋 Mimin disini.
Ada yang bisa kami bantu?