
Kepulauan Seribu dalam Lanskap Indonesia
Indonesia terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki 17.499 pulau, dengan luas total wilayah sekitar 7,81 juta km². Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km² adalah lautan dan 2,55 juta km² adalah Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km² yang berupa daratan (BPS 2020). Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai terpanjang kedua, mencapai 99.093 km.
Di antara ribuan pulau tersebut, Kepulauan Seribu menjadi salah satu gugusan pulau yang memiliki daya tarik unik, baik dari segi geografis, ekologi, maupun sejarahnya. Kepulauan Seribu adalah sebuah kepulauan yang terletak di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Letak Kepulauan Seribu berada di bagian utara dari Teluk Jakarta. Kawasan Kepulauan Seribu dimanfaatkan untuk permukiman, penangkapan ikan, budidaya rumput laut, wisata dan taman nasional. Sebagian besar kepemilikan pulau di Kepulauan Seribu merupakan kepemilikan pribadi oleh perorangan ataupun swasta. Lahan di Kepulauan Seribu dimanfaatkan untuk aktivitas nelayan, wisata dan budidaya rumput laut.
Posisi dan Luas Wilayah Kepulauan Seribu

Secara astronomis, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak antara 05°10’00” – 05°57’00” Lintang Selatan dan 106°19’30” – 106°44’50” Bujur Timur. Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +1 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas sekitar 8,70 km² berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 tahun 2007. Kepulauan Seribu memiliki tidak kurang dari 110 pulau (BPS 2024).
Dari segi administratif, Kepulauan Seribu terbagi menjadi 2 kecamatan dan 6 kelurahan, dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Utara: Laut Jawa/Selat Sunda.
- Timur: Laut Jawa.
- Selatan: Kota Administrasi Jakarta Utara, Kota Administrasi Jakarta Barat, dan Kabupaten Tangerang.
- Barat: Laut Jawa/Selat Sunda.
Karakteristik Pulau-Pulau di Kepulauan Seribu
Kepulauan Seribu terdiri dari berbagai pulau dengan karakteristik yang beragam. Beberapa pulau dihuni oleh masyarakat, sementara yang lain difokuskan untuk konservasi, pariwisata, atau dibiarkan alami.
- Dari 110 pulau yang terdeteksi, ada 4 pulau yang telah tenggelam, yaitu Pulau Dapur, Pulau Nyamuk Besar, Pulau Ubi Besar, dan Pulau Ubi Kecil (Zakiyah et al. 2020)
- Pulau Terdekat Kepulauan Seribu ialah Pulau Bidadari, hanya berjarak sekitar 15 km dari pesisir utara Jakarta. Pulau ini memiliki nilai sejarah karena terdapat benteng peninggalan kolonial Belanda. Sedangkan Pulau Terjauh ialah Pulau Sabira, berjarak sekitar 100 km dari Jakarta. Pulau ini dapat ditempuh dalam 8–10 jam perjalanan laut, menjadikannya pulau paling terpencil di Kepulauan Seribu (Zakiyah et al. 2020)
- Gugusan pulau di Kepulauan Seribu (110 pulau) tergolong pulau kecil, dengan ukuran luas pulau terbesar adalah Pulau Kelapa (481,33 ha) dan Pulau Dolphin merupakan salah satu pulau terkecil dan tidak berpenghuni, namun terkenal dengan kejernihan air laut serta ekosistem terumbu karangnya yang masih alami (Santoso 2005).
- Terdapat 11 pulau berpenghuni di wilayah Kepulauan Seribu. Pulau-pulau tersebut antara lain Pulau Untung Jawa, Pulau Pari, Pulau Lancang Besar, Pulau Tidung Besar, Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Harapan, Pulau Sebira, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Lancang Kecil. Jumlah total penduduk yang mendiami pulau-pulau ini mencapai sekitar 27.000 jiwa.
- Kawasan Taman Nasional Kepualauan Seribu merupakan habitat bagi Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) yang dilindungi, dan keberadaannya cenderung semakin langka.  Dalam upaya pelestarian satwa ini, selain dilakukan perlindungan terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur dan Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau Pramuka, Pulau Kelapa Dua, Pulau Harapan dan Pulau Sepa
Ekosistem dan Konservasi di Kepulauan Seribu

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor 05/IVKK/2004, kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu yang memiliki luas wilayah 107.489 Hektar dibagi menjadi 4 zona sesuai pemanfaatannya yaitu Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata, dan Zona Pemukiman. Zona inti adalah bagian dari Kawasan Konservasi Perairan yang diperuntukan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian dan pendidikan dengan tetap mempertahankan perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas (Nainggolanet. al., 2013).
Kepulauan Seribu merupakan kawasan konservasi yang kaya akan keanekaragaman hayati dan menjadi fokus berbagai upaya pelestarian ekosistem laut. Salah satu program utama adalah rehabilitasi terumbu karang melalui teknik transplantasi karang untuk mengembalikan habitat ikan karang yang rusak akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim. Selain itu, Pulau Pramuka menjadi pusat konservasi penyu sisik (Eretmochelys imbricata), di mana program penetasan telur dan pelepasan tukik ke laut dilakukan secara rutin untuk menjaga populasi spesies yang terancam punah. Rehabilitasi hutan mangrove juga menjadi prioritas di beberapa pulau, seperti Pulau Untung Jawa dan Pulau Harapan, guna melindungi garis pantai dari abrasi dan menyediakan habitat bagi berbagai biota laut. Selain itu, Kepulauan Seribu juga menjadi rumah bagi berbagai spesies laut langka, termasuk hiu karang dan pari manta, yang keberadaannya semakin terancam akibat perburuan dan perubahan ekosistem. Tantangan lain yang dihadapi adalah pencemaran sampah plastik dari Jakarta yang mencemari perairan sekitar, sehingga berbagai komunitas menginisiasi program pembersihan pantai serta menerapkan konsep zero waste island untuk mengurangi limbah plastik di pulau-pulau wisata seperti Pulau Tidung dan Pulau Pari. Upaya konservasi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga mendukung sektor pariwisata bahari dan perikanan berkelanjutan, yang menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat lokal.
Potensi Wisata dan Masa Depan Kepulauan Seribu
Pulau kecil adalah potensi sumberdaya alam yang sangat berharga. Apalagi bila didukung dengan ekosistem yang memiliki produktifitas hayati yang tinggi seperti terumbu karang, padang lamun, hutan bakau, serta keanekaragaman hayati biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Pulau Seribu memiliki berbagai potensi alam yang mendukung pengembangan ekowisata, seperti pantai berpasir putih, terumbu karang yang indah, dan berbagai spesies laut yang langka. Pulau Seribu juga memiliki ekosistem yang unik, seperti hutan mangrove dan gua-gua alami yang menarik bagi para wisatawan. Selain itu, keanekaragaman hayati laut yang ada di pulau-pulau tersebut memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan seperti snorkeling, diving, dan observasi kehidupan laut. Namun, yang tidak kalah penting adalah potensi budaya lokal yang dapat menjadi bagian integral dari pengalaman ekowisata. Masyarakat lokal yang tinggal di Pulau Seribu memiliki pengetahuan tradisional yang sangat penting dalam menjaga kelestarian alam dan budaya lokal. Pendekatan berbasis masyarakat dalam pengembangan ekowisata dapat menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara wisatawan dan masyarakat setempat, sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Seiring berkembangnya pariwisata bahari, Kepulauan Seribu menjadi destinasi yang menawarkan kombinasi wisata alam, sejarah, dan konservasi. Pengembangan wilayah ini diarahkan pada:
- Pariwisata Berkelanjutan: Pulau-pulau seperti Pulau Macan dan Pulau Tidung menjadi tujuan wisata populer karena ekowisata yang dikelola secara berkelanjutan.
- Peningkatan Kualitas Hidup Nelayan: Program budidaya laut seperti rumput laut dan ikan kerapu terus dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
- Konservasi Terumbu Karang dan Mangrove: Upaya rehabilitasi ekosistem laut menjadi prioritas untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Dengan segala keunikan dan potensinya, Kepulauan Seribu menjadi kawasan yang menarik untuk dijelajahi, baik bagi pecinta alam, peneliti, maupun wisatawan yang ingin menikmati keindahan bahari di utara Jakarta.
Baca berita menarik lainnya hanya di Info Geosains