
Puting beliung adalah fenomena cuaca ekstrem berupa angin berputar dengan kecepatan tinggi dan terjadi dalam skala lokal. Angin ini umumnya terbentuk dari awan cumulonimbus yang berkembang secara vertikal dan menghasilkan pusaran kuat di bagian bawah. Meskipun berlangsung dalam waktu singkat, puting beliung dapat menimbulkan kerusakan parah pada bangunan, pohon, dan infrastruktur.
Durasi puting beliung biasanya berkisar antara 5 hingga 10 menit, tetapi dalam beberapa kasus ekstrem dapat bertahan lebih lama. Kecepatan anginnya bervariasi, umumnya mencapai 64 hingga 180 km/jam, namun dalam kejadian yang lebih kuat dapat melebihi 200 km/jam. Dengan kekuatan sebesar itu, puting beliung mampu menerbangkan atap bangunan, menumbangkan pohon, dan merusak infrastruktur dalam waktu singkat.
Puting Beliung Terjadi di Beberapa Daerah Indonesia pada Maret 2025
Pada Maret 2025, sejumlah daerah di Indonesia mengalami kejadian puting beliung yang menyebabkan kerusakan signifikan. Salah satu wilayah terdampak adalah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ratusan rumah mengalami kerusakan akibat angin kencang yang melanda pada 13 Maret 2025. Kejadian ini membuat banyak warga harus mengungsi sementara waktu karena rumah mereka mengalami kerusakan dan tidak lagi layak huni.
Selain Pati, bencana puting beliung juga melanda Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang mengakibatkan ratusan rumah rusak dan sejumlah infrastruktur terdampak. Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, puluhan rumah dilaporkan mengalami kerusakan parah setelah diterjang angin puting beliung yang datang secara tiba-tiba.
Sementara itu, di Bangka Belitung, sebanyak 40 rumah rusak dan dua warga mengalami luka-luka akibat bencana ini.Di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bone juga menjadi salah satu wilayah yang terdampak oleh puting beliung pada bulan yang sama. Enam rumah mengalami kerusakan akibat angin kencang, memaksa beberapa warga untuk mengungsi.
Bagaimana Terbentuknya Puting Beliung
Puting beliung terbentuk akibat beberapa faktor atmosfer, seperti perbedaan tekanan udara yang signifikan, kelembapan tinggi, dan kondisi atmosfer yang tidak stabil. Saat suhu permukaan meningkat, udara panas naik dengan cepat ke atmosfer, menciptakan daerah bertekanan rendah di bawahnya. Perbedaan tekanan ini kemudian menarik udara dari sekitarnya, yang mempercepat pembentukan awan badai besar.
Proses ini semakin intensif ketika udara panas yang naik bertemu dengan lapisan udara dingin di ketinggian. Pertemuan antara dua massa udara dengan suhu berbeda ini menyebabkan kondensasi yang cepat, membentuk awan cumulonimbus yang menjulang tinggi. Awan ini memiliki potensi menghasilkan arus udara vertikal yang kuat dan bisa berkembang menjadi pusaran angin dengan kecepatan tinggi.
Fenomena puting beliung biasanya terjadi pada musim peralihan ketika perubahan suhu dan kelembapan udara berlangsung secara drastis. Selain itu, kondisi atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan badai, seperti tingkat ketidakstabilan udara yang tinggi, juga berperan dalam mempercepat pembentukan puting beliung. Jika angin di berbagai lapisan atmosfer bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda (wind shear), pusaran udara dapat terbentuk, menyebabkan angin puting beliung berkembang dan menyentuh permukaan tanah.
Dampak Puting Beliung
Puting beliung dapat menyebabkan kerusakan yang luas, terutama terhadap lingkungan dan infrastruktur di daerah terdampak. Bangunan rumah, fasilitas umum, serta jaringan listrik sering kali mengalami kerusakan parah akibat angin kencang yang berputar dengan kecepatan tinggi ini. Dalam hitungan menit, banyak masyarakat kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Selain kerusakan fisik, dampak sosial dan ekonomi juga sangat dirasakan oleh masyarakat. Aktivitas perdagangan dan transportasi terganggu akibat jalan yang tertutup oleh puing-puing atau pohon tumbang. Lebih parah lagi, puting beliung dapat mengakibatkan korban luka atau bahkan korban jiwa
Mitigasi dan Peringatan Dini Cuaca Puting Beliung
GIS (Geographic Information System) memiliki peran penting dalam mengidentifikasi wilayah yang rawan terhadap puting beliung. Dengan memanfaatkan data historis kejadian puting beliung, kondisi topografi, serta pola cuaca, para ahli dapat memetakan daerah dengan risiko tinggi. Informasi ini memungkinkan pemerintah dan masyarakat untuk merancang strategi mitigasi yang lebih efektif guna mengurangi dampak bencana.
Selain identifikasi wilayah rawan, GIS juga berperan dalam sistem peringatan dini untuk mendeteksi potensi puting beliung. Dengan menggabungkan data meteorologi seperti kecepatan angin, tekanan udara, dan kelembapan, GIS dapat membantu dalam memprediksi kemungkinan terbentuknya pusaran angin ekstrem. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk menerima informasi lebih cepat sehingga dapat melakukan langkah antisipasi dan evakuasi dini.
GIS juga sangat berguna dalam proses tanggap darurat setelah puting beliung terjadi. Teknologi ini memungkinkan pemetaan area terdampak untuk membantu tim penyelamat dan relawan dalam menyalurkan bantuan ke lokasi yang paling membutuhkan. Dengan data yang akurat, penyaluran bantuan dapat dilakukan lebih efisien, sehingga korban bisa segera mendapatkan pertolongan yang diperlukan.
Dalam tahap pemulihan pasca bencana, GIS digunakan untuk merencanakan rekonstruksi wilayah yang lebih tahan terhadap puting beliung. Data spasial membantu dalam analisis tata ruang untuk memastikan bahwa infrastruktur dibangun kembali dengan desain yang lebih kokoh dan aman. Dengan pemanfaatan GIS, proses pemulihan dapat dilakukan secara lebih sistematis dan berbasis data guna mengurangi risiko dampak bencana alam di masa mendatang.
MAU BELAJAR PEMETAAN UNTUK MITIGASI BENCANA?
NGI TEMPATNYA!