
Pengertian Banjir Rob
Banjir rob adalah fenomena tergenangnya daratan pesisir akibat naiknya permukaan air laut. Fenomena ini sering terjadi di wilayah pesisir Indonesia dan dapat menyebabkan dampak serius bagi masyarakat, terutama di daerah dengan infrastruktur yang kurang memadai. Selain faktor pasang naik, banjir rob juga bisa diperparah oleh faktor lain seperti perubahan iklim, penurunan muka tanah, serta cuaca ekstrem.
Penyebab Umum Banjir Rob
Banjir rob terjadi karena adanya kombinasi beberapa faktor. Salah satunya adalah pasang naik air laut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi. Saat fase pasang naik mencapai titik tertinggi, air laut dapat meluap ke daratan, terutama di daerah pesisir yang memiliki ketinggian rendah. Selain itu, kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim juga memberikan dampak signifikan. Pemanasan global yang menyebabkan pencairan es di kutub meningkatkan volume air laut secara keseluruhan.
Faktor lain yang turut memperparah banjir rob adalah penurunan muka tanah (land subsidence). Eksploitasi air tanah yang berlebihan, terutama di kawasan pemukiman di daerah pesisir, dapat menyebabkan tanah mengalami penurunan sehingga semakin rentan terhadap genangan air laut. Selain itu, perubahan alih fungsi lahan akibat pembangunan yang masif juga memperburuk kondisi ini. Berkurangnya lahan resapan alami, seperti hutan mangrove dan rawa-rawa, mengurangi kemampuan wilayah pesisir untuk menahan dinamika air laut. Cuaca ekstrem, termasuk gelombang tinggi dan badai, juga berkontribusi dalam memperparah dampak banjir rob dengan mendorong air laut lebih jauh ke daratan.
Worm Moon Berpotensi Sebabkan Banjir Rob
Pada bulan Maret 2025, fenomena Worm Moon atau Worm Blood Moon diprediksi terjadi bersamaan dengan fase bulan perigee, ketika Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi, dan gerhana bulan. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kombinasi ketiga fenomena ini berpotensi meningkatkan ketinggian air laut, yang dapat memicu banjir rob di berbagai wilayah pesisir Indonesia.
BMKG telah mengidentifikasi sejumlah daerah yang berpotensi mengalami banjir rob antara 13 Maret hingga 31 Maret 2025, dengan beberapa wilayah yang diprediksi terkena dampaknya hingga awal April 2025. Beberapa wilayah yang berisiko meliputi daerah pesisir Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara.Dampak dari fenomena ini dapat mempengaruhi berbagai aktivitas masyarakat di wilayah pesisir, merusak infrastruktur, dan mempengaruhi keseimbangan ekosistem.

Mitigasi Banjir Rob
Untuk mengurangi dampak banjir rob, berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu langkah utama yang bisa dilakukan adalah pembangunan tanggul di sepanjang muara sungai dan pesisir pantai di daerah-daerah rawan banjir. Tanggul berfungsi sebagai penghalang fisik yang dapat mengurangi kemungkinan air laut masuk ke daratan saat terjadi pasang naik yang ekstrem.
Selain infrastruktur fisik, penataan kembali lingkungan pesisir juga menjadi langkah penting dalam mitigasi banjir rob. Upaya ini bisa dilakukan dengan menanam kembali hutan mangrove, serta menjaga keseimbangan ekosistem pesisir agar memiliki daya serap air yang lebih baik. Pemerintah dan masyarakat juga perlu menyediakan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi potensi banjir rob. BMKG dan instansi terkait dapat memanfaatkan teknologi prediksi pasang surut dan menyebarkan informasi peringatan kepada masyarakat secara cepat dan akurat.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan agar mengetahui hal apa saja yang perlu dilakukan dalam menghadapi banjir rob. Masyarakat harus memahami pentingnya menjaga lingkungan, menghindari eksploitasi air tanah yang berlebihan, serta memiliki kesiapan darurat jika terjadi bencana banjir rob. Salah satu upaya mitigasi banjir rob lainnya adalah memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan area yang rentan terhadap banjir rob. Dengan SIG, kita dapat mengidentifikasi wilayah berisiko tinggi, serta merancang strategi mitigasi yang lebih efektif.
Fenomena Worm Moon di Maret 2025 ini dapat menjadi faktor pemicu meningkatnya ketinggian air laut dan berpotensi menyebabkan banjir rob di berbagai wilayah pesisir Indonesia. Oleh karena itu, kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan dampak dari fenomena ini sangat diperlukan. Dengan upaya mitigasi yang tepat, risiko dan dampak dari banjir rob dapat diminimalisir sehingga aktivitas masyarakat di pesisir dapat tetap berjalan dengan lebih aman.